Langsung ke konten utama

(SEPERTI) MENYEWA MUSEUM

Hidup di Kalimantan Selatan membuat saya berhasrat untuk mulai mengeksplore propinsi ini. Sebagai awalan, saya memutuskan untuk berkunjung ke Museum. Lokasi museum yang terletak di pusat kota membuatnya mudah ditemukan.

Petugas menyobek tiket masuk dan memberikannya kepada Mas Adit, biaya masuk museum Lambung Mangkurat hanya Rp 2000 per orang, harga yang sangat terjangkau pastinya dibandingkan harga masuk museum-museum di Jakarta, tempat tinggal saya sebelumnya. Kami berdua bertatapan, "Serius 2K saja?" 
Seorang petugas menyapa kami dan mempersilahkan untuk masuk ke dalam museum serta menjelaskan wilayah mana saja yang bisa kita nikmati. Saya berbisik pada suami, "Orang Banjar itu ramah-ramah ya mas."
Anak tangga mulai kami naiki dan segera berhambur menikmati tiap diorama yang ada. Saya bingung kenapa hanya ada saya dan suami saja yang ada di dalam ruang pajangan. Tidak ada pengunjung lain selain kami berdua di lantai dua museum Lambung Mangkurat ini. Kami menemukan pengunjung lain setelah ke lantai satu museum, itupun hanya dua keluarga yang sedang berlibur ria.
Dioramanya sebenarnya cukup bervariasi, sebelum pintu masuk ditunjukkan tentang hutan-hutan yang ada di Kalimantan, kekhasan flora dan faunanya lengkap dengan hasil hutannya terutama kayu ulin yang semakin kuat jika terendam air.
Di dalam museum, lebih banyak diorama sejarah kerajaan Banjar dan hasil-hasil alam Kalimantan Selatan yang ditata dengan rapi. Suasananya? Sepi dan sedikit horor secara banyak patung dan lukisan. Saya lumayan penakut.
"Kita berdua seperti menyewa museum ya, dek. Museum serasa hanya punya kita berdua."
Begitulah rasanya kalau mengunjungi museum, museum hanya akan ramai kalau ada rombongan siswa studytour. Selebihnya akan ramai saat libur lebaran saat seluruh keluarga berkumpul dan mencari suasana lain dengan wisata. Ayo kita hidupkan museum!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUAH KHAS KALIMANTAN

Akhir tahun di Kalimantan sepertinya layak disebut sebagai musim semi. Bagaimana tidak musim semi? Saat kamu bisa menemukan aneka macam buah-buahan langka di segala penjuru kota yang tak pernah eksis sebelumnya apalagi untuk seorang perantau dari Jawa seperti saya. Pertama kali mulai takjub dengan pemandangan buah asing ini dimulai saat traveling di pasar terapung, buah kuning besar dengan kulit yang seperti ditaburi bedak dengan rasa yang sangat lembut seperti mentega, ya buah mentega. Dan petualangan saya berburu buah asing pun semakin menggila. 1. Kalang-kala Buah dengan bentuk menyerupai terong mini atau terong yang biasa untuk lalapan berwarna pink, cantik banget. Mengkonsumsinya pun tidak sembarangan langsung dimakan, dia harus direndam terlebih dahulu dengan air panas yang sudah dicampuri garam, diamkan beberapa saat dan buah bisa dinikmati, hmm... rasanya seperti sedang makan alpukat, nyam... 2. Buah Bundar Seperti namanya, buah bundar memiliki bentuk bulat se...

KULINER KHAS KAMPUNG KELING MEDAN

Laughter is brightest, where food is best -Irish Proverb- Jika berkunjung ke Medan Sumatera Utara, jangan lupa mampir ke kawasan Kuliner Pagaruy. Ada apa di sana? Kawasan Kuliner Pagaruy masih dalam wilayah kampung Keling, Perkampungan orang-orang India, sehingga kita bisa menemukan aneka makanan khas ber- curry . Warung-warung yang menjajakan aneka kuliner khas Timur berjajar panjang seolah menjadi pasar persaingan sempurna. Kami memesan Nasi Kebuli, Roti Jala, dan Roti Kerucut. Nasi Kebuli Nasi yang diolah dengan rempah-rempah, aroma wangi rempahnya begitu kuat. Aku tak begitu kuasa menelannya apalagi ditambah lauk kare daging yang berkuah kental dan berempah. Roti Jala Roti yang dimasak dengan cetakan jaring-jaring ini lebih bersahabat di lidahku. Diolah dengan tepung tawar dan berlauk kuah kare daging kambing, aku cukup menikmatinya.

(RINDU) MENIKMATI SENJA

Perjalanan berkelok-kelok menuju salah satu kabupaten terpencil di Gorontalo telah berhasil membuat asam lambungku naik. Aku terpaksa turun di tengah perjalanan untuk mengeluarkan semua makanan dalam perut *asli sayang banget, tidak ada perumahan di sekitar dan hanya ada pohon-pohon besar laksana hutan rimba *mau gimana lagi coba.Tak ada tenaga yang tersisa, pusing pasti, tapi perjalanan tetap harus dilanjutkan. Jalan Trans Sulawesi sebenarnya sudah baik, rata, dan tidak berlubang tapi kelokannya amazing bikin orang pengen muntah. Beberapa kilometer selanjutnya, akhirnya kami menemukan sebuah kedai kecil di Kabupaten Boalemo. Otomatis kami mampir sejenak untuk ngeteh supaya badan kembali fit *secara perjalanan masih panjang bo'. Pas banget di kedai kecil tersebut menjual camilan khas Gorontalo, ilabulo, dan jagung rebus yang sangat pulen, jagung pulut. Lupakan soal rasa mual yang saya alami, saatnya kita bahas dua makanan khas dan nikmat ini. Ilabulo, namanya aneh ya? Il...