1. Masjid Agung Palembang
3. Sungai Musi
Gaya arsitekturnya unik, perpaduan antara Cina dan Palembang. Ya, secara orang asli Palembang itu mengalir darah Cina, wajar kalau khas Palembang selalu ada unsur Cinanya, seperti masjid ini dan aneka kulinernya :). Masjid Agung Palembang telah didirikan sejak abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama. Kegiatan keagamaan terpusat di sini, baik saat Ramadhan atau hari-hari biasa. Bahkan kata sahabat saya, "Kalau sholat Tarawih di sini, kamu harus kuat, bisa sampai jam 10 malam, secara sholat Tarawih disini 100 rekaat." Wowww....
Lokasi di pusat kota Palembang, sehingga akses ke masjid cukup mudah dan terjangkau, ada Trans Musi (Busway kalau di Jakarta, Batik Trans kalau di Solo), ada bus (metro mini istilah di Jakarta), atau angkot.
2. Jembatan Ampera
Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang yang telah menjadi semacam lambang kota. Terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu danSeberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan (aktifitas kapal yang melintas cukup padat). Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan (aktifitas kapal yang melintas cukup padat). Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya. Apalagi tahun 2000an ini, yang sudah sangat padat kendaraan dan jembatan rawan macet.
Kalau malam tu indah banget, lampu berwarna-warni menyala menghiasi jembatan. Memang paling asyik datang saat senja atau malam hari. Duduk di tepian sungai Musi, menghadap ke Jembatan Ampera sambil menikmati mie tek-tek atau jagung bakar bersama sahabat.
3. Sungai Musi
Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatera Selatan, Indonesia dengan panjang 750 km. Sungai ini merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera.
Kapal Feri (biasanya tujuan Bangka) , perahu klothok (tujuan Pulau Kemaro), hilir mudik lewati sungai ini. Lalu lintas airnya rame juga ya, beti alias beda tipis ama lalu lintas daratnya, hehehe...
Jadi ada pemandangan lain selain menikmati jembatan Ampera di tepi sungai Musi, ya pemandangan Kapal yang lalu lalang ini...
4. Benteng Kuto Besak
Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keratonalias keraton baru.
Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.
Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.
Berbeda dengan letak keraton lama yang berlokasi di daerah pedalaman, keraton baru berdiri di posisi yang sangat terbuka, strategis, dan sekaligus sangat indah. Posisinya menghadap ke Sungai Musi.
Pada masa itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau. Kuto Besak pun seolah berdiri di atas pulau karena dibatasi oleh Sungai Sekanak di bagian barat, Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian utara. Benteng Kuto Besak saat ini ditempati oleh Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya.
Jika sore tiba, halaman Benteng Kuto Besak telah dipadati warga, dari yang sekedar jalan-jalan sore atau duduk-duduk menikmati senja. Pedagang aneka jenis juga mencoba mencari rezeki di sini, tempura, mie tek-tek, minuman ringan, balon aneka model, sungguh menyerupai pasar malam...
5. Gelora Sriwijaya (Stadion Jakabaring)
Pada masa itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau. Kuto Besak pun seolah berdiri di atas pulau karena dibatasi oleh Sungai Sekanak di bagian barat, Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian utara. Benteng Kuto Besak saat ini ditempati oleh Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya.
Jika sore tiba, halaman Benteng Kuto Besak telah dipadati warga, dari yang sekedar jalan-jalan sore atau duduk-duduk menikmati senja. Pedagang aneka jenis juga mencoba mencari rezeki di sini, tempura, mie tek-tek, minuman ringan, balon aneka model, sungguh menyerupai pasar malam...
5. Gelora Sriwijaya (Stadion Jakabaring)
Gor utamanya sih sudah lama dibangun, sebenarnya juga sama dengan Gelanggang Olahraga lainnya di tanah air (Gor terbesar ketiga se Indonesia), hanya saja tempat ini menjadi sedikit lebih istimewa setelah dihelatnya event yang lumayan gede, SEA GAMES 2011 (Indonesia jadi juara umum bo'. Alhamdulillah ya...).
Ya, untuk menyambut event SEA GAMES tersebut, dibangunlah beberapa venue baru. Salah satunya Jakabaring Aquatic Stadium, venue favorit sahabat saya yang di Palembang tu. Atletnya keren-keren katanya, hahaha...
Ya, untuk menyambut event SEA GAMES tersebut, dibangunlah beberapa venue baru. Salah satunya Jakabaring Aquatic Stadium, venue favorit sahabat saya yang di Palembang tu. Atletnya keren-keren katanya, hahaha...
Sempet lihat juga wisma atlet dan beberapa venue lain yang terus diberitakan di media massa lantaran menjelang hari-H masih belum beres. Hmm... kalau dilihat sekarang sih, saya musti kasih acungan jempol ya, secara jadi keren banget dengan stadium-stadium baru dan taman-tamannya yang cantik, sebelumnya hanya ada stadion utama.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan komentarnya untuk perbaikan kami, terimakasih.